SEJARAH PIALA DUNIA - Ironi Si Kuncir Kuda, dari Pahlawan hingga Jadi Bencana untuk Italia

By Muhammad Zaki Fajrul Haq - Minggu, 31 Juli 2022 | 22:00 WIB
Momen Roberto Baggio gagal melakukan tendangan penalti kala Italia berhadapan dengan Brasil di final Piala Dunia 1994. (CHRIS WILKINS/AFP)

BOLASPORT.COM - Roberto Baggio sempat menjadi pahlawan bagi timnas Italia dalam Piala Dunia 1994. Namun, di saat yang sama, Si Kuncir Kuda menjadi bencana bagi Italia.

Final Piala Dunia 1994 mungkin bisa dibilang menjadi salah satu partai paling menarik.

Hal itu dikarenakan dua kekuatan utama sepak bola dunia, yakni timnas Italia dan timnas Brasil, bertemu di partai puncak.

Saat itu, Italia dan Brasil sama-sama telah mengoleksi tiga trofi Piala Dunia sepanjang keikutsertaan kedua negara.

Dengan demikian, siapa pun yang menang dalam partai final Piala Dunia 1994 itu akan meraih trofi keempat untuk negara mereka.

Dari kubu Italia, mereka punya sosok Roberto Baggio yang sedang hebat-hebatnya.

Sebelum masuk ke babak final, Baggio telah mencetak lima gol sepanjang kompetisi.

Baca Juga: SEJARAH PIALA DUNIA - Serba-pertama di Meksiko 1970, dari TV Berwarna sampai Kartu Kuning

Bahkan, kelima gol penyerang berjuluk Si Kuncir Kuda itu beberapa kali menjadi penentu kemenangan Italia di babak 16 besar, perempat final, dan semifinal.

Salah satu momen yang paling dikenang jelas dua golnya ke gawang Nigeria pada babak 16 besar.

Saat itu, Italia sudah tertinggal lebih dulu lewat gol Emmanuel Amunike pada menit ke-25.

Hingga akhir babak kedua, Nigeria masih unggul 1-0 atas Italia dan semakin dekat ke babak perempat final.

Akan tetapi, Baggio tampil sebagai pahlawan dengan mencetak gol penyeimbang pada menit ke-88.

Gol tersebut membuat pertandingan harus dibawa ke babak perpanjangan waktu.

Italia kemudian mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-102 setelah Antonio Benarrivo dilanggar di dalam kotak terlarang.

Baca Juga: ASEAN Para Games 2022 - Indonesia Kandaskan Jebolan Piala Dunia Sepak Bola CP, Thailand

Baggio yang tampil sebagai algojo mampu menjalankan tugasnya dengan baik sekaligus memastikan kemenangan Italia atas Nigeria.

Magis Baggio terus berlanjut hingga akhirnya mengantarkan Gli Azzurri ke babak final untuk bertemu dengan Brasil.

Di babak final, Italia dan Brasil bermain sengit dan gagal mencetak gol hingga babak perpanjangan waktu.

Pertandingan pun mau tidak mau harus dilanjutkan ke babak adu penalti untuk menentukan siapa yang menjuarai Piala Dunia 1994.

Dalam adu penalti, dua penendang Italia dan satu penendang Brasil gagal menjalankan tugasnya dengan baik.

Saat kedudukan 3-2 untuk keunggulan Brasil, Baggio datang sebagai penentu.

Apabila tendangan Baggio masuk, bisa dipastikan nafas Italia untuk meraih trofi tetap terjaga.

Baca Juga: Grup C Piala Dunia 2022 Berat, Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia Berupaya Bikin Kejutan

TWITTER.COM/JUVE_FRANCE
Striker legendaris Italia, Roberto Baggio.

Namun, apabila Baggio gagal mengeksekusi penalti, maka Gli Azzurri dipastikan gagal meraih trofi keempat mereka.

Sial bagi Italia, Baggio yang diharapkan mampu menjadi pahlawan, justru menjadi bencana dan gagal mengeksekusi penalti dengan baik.

Brasil pun keluar sebagai juara dan berhak atas trofi Piala Dunia keempat mereka sepanjang sejarah.

Baggio menyampaikan perasaannya usai gagal mengeksekusi penalti itu dan mengaku tidak akan pernah melupakan kesalahannya.

"Itu adalah luka yang tidak pernah sembuh seutuhnya," kata Baggio seperti dikutip BolaSport.com dari FIFA.com.

"Saya telah bermimpi bermain di final Piala Dunia sejak saya masih kecil, tetapi saya tidak pernah berpikir bisa berakhir seperti itu. Sampai hari ini, saya masih belum benar-benar menerima bahwa itu terjadi. Hal itu menghantui saya."

"Ketika saya berjalan ke kotak penalti, pikiran jernih. Saya tahu Taffarel selalu menjatuhkan diri jadi saya memutuskan untuk menembak ke tengah, agak naik sedikit, jadi dia tidak bisa menahannya dengan kakinya."

Baca Juga: Profil Grup C Piala Dunia 2022 - Argentina Dikepung Potensi Kejutan

"Itu adalah keputusan yang cerdas karena Taffarel pergi ke sisi kirinya, dan dia tidak akan pernah menangkap tembakan yang saya rencanakan."

"Sayangnya, dan saya tidak tahu bagaimana, bola naik tiga meter dan melayang di atas mistar gawang."

"Saya merasa hilang harapan. Juga, saya memikirkan reaksi dari rekan senegara saya."

"Hal itu mempengaruhi saya selama bertahun-tahun. Saya masih memimpikannya."

"Jika saya bisa menghapus satu momen dari karier saya, saya akan memilih momen itu," tutur Baggio melanjutkan.