BOLASPORT.COM - Pada suatu masa, Inggris pernah bertekuk lutut dihadapan Hungaria dalam sebuah laga yang dilabeli sebagai Match of the Century.
Di UEFA Nations League 2022-2023, Inggris tergabung ke dalam grup A3 yang isinya adalah Jerman, Italia, dan Hungaria.
Khusus untuk Hungaria, Inggris pernah punya memori yang cukup tragis ketika bertemu negara Eropa Tengah itu.
Memori yang dimaksud adalah perjumpaan yang terjadi di tahun 1953 atau yang sering dilabeli sebagai Match of the Century.
Saat itu, Inggris dan Hungaria bertemu dalam laga persahabatan yang dihelat di Stadion Wembley pada 25 November 1953.
Dinukil BolaSport.com dari The Guardian, menjelang laga tersebut, Inggris datang dengan kepala tegak dan sedikit congkak.
Baca Juga: Jelang Laga UEFA Nations League, Inggris Dibuat Terkejut dengan Kelakuan Hungaria
Pasalnya, sebelum laga melawan Hungaria, tim nasional Inggris hanya mengalami satu kekalahan di kandang sendiri melawan tim asing, yaitu pada 1949 melawan Republik Irlandia.
Keadaan itu menciptakan iklim terlalu berpuas diri, di mana Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) berasumsi bahwa sebagai pencetus permainan, pemain Inggris secara teknis dan fisik lebih unggul dari rekan-rekan asing mereka.
Selain itu, pembinaan dan kemajuan taktis dari luar negeri diabaikan, dengan tim nasional Inggris dan sebagian besar klub bertahan dengan formasi WM yang sudah ketinggalan zaman.
Inggris memang memiliki pelatih nasional, Walter Winterbottom, tetapi dia tidak memiliki pengalaman kepelatihan dalam sepak bola profesional.
Sementara Hungaria, yang dipimpin oleh pelatih Gusztav Sebes, datang sebagai tim yang sangat disegani ketika itu dan sedang berada di zaman keemasannya
Buktinya, sejak Mei 1950, Hungaria tak terkalahkan dan sukses meraih emas Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia.
Dengan latar belakang itu, kedua tim menjalani laga dengan formasi yang berbeda.
Inggris, yang tidak peduli dengan perkembangan taktik dan formasi, menggunakan formasi yang sangat konservatif yaitu formasi WM (3-2-2-3).
Sementara Hungaria, yang saat itu terkenal progresif secara permainan, menggunakan formasi WW (3-2-3-2).
Menariknya, dalam formasi tersebut, pemain Hungaria, Nandor Hidegkuti, kedapatan peran untuk menjadi false nine.
Melalui peran yang dijalannya, Hidegkuti sering turun lebih dalam dan membuat bek Inggris, Harry Johnston, tidak tahu bagaimana menghadapinya dan sering keluar dari sarangnya.
Konsekuensinya, Hidegkuti punya waktu dan ruang untuk mendikte permainan saat empat pemain depan yang cair berkeliaran di depannya (Zoltan Czibor, Ferenc Puskas, Sandor Kocsis, dan Laszlo Budai).
Alhasil, Hidegkuti jadi salah satu aktor yang memporak-porandakan pertahanan Inggris dan membuat Hungaria memenangi laga dengan skor 6-3.
Tiga gol kemenangan Magical Magyars dicetak oleh Hidegkuti, sisanya dicetak oleh Ferenc Puskas (dua gol) dan Jozsef Bozsik (satu gol).
Adapun gol Inggris dibuat oleh Jackie Sewell, Stan Mortensen, dan Alf Ramsey.
Di luar kehebatan Hidegkuti, kemenangan Hungaria juga diraih berkat adanya sistem dan gaya permainan yang dimiliki oleh mereka.
Seperti yang dikatakan oleh bek kanan Hungaria, Jeno Buzanszky.
Dalam penuturan Buzanszky, Hungaria menang karena taktik dan ketika dua taktik diperadukan, antara yang lama dan baru, taktik yang lebih baru biasanya bisa memenangkan laga.
"Itu karena taktik Hungaria bisa menang," kata Jeno Buzanszky, dinukil BolaSport.com dari buku Jonathan Wilson, Inverting The Pyramid.
"Pertandingan tersebut menunjukkan benturan dua formasi dan, seperti yang sering terjadi, formasi yang lebih baru dan lebih berkembang yang menang," tutur Buzanszky menambahkan.
Sementara itu, kekalahan dari Hungaria telah menyadarkan Inggris bahwa taktik dan perkembangan sepak bola mereka sudah ketinggalan jauh.
Saat memainkan formasi WM, bek tengah biasanya menandai penyerang tengah lawan dan menandai siapa pun yang mengenakan nomor punggung 9.
Dalam pertandingan tersebut, bek tengah Inggris Harry Johnston mendapati dirinya menjaga Hidegkuti (nomor 9), yang secara efektif beroperasi sebagai gelandang.
Ini berarti bahwa Johnston terus-menerus ditarik keluar dari posisinya, memungkinkan tim Hungaria lainnya untuk mengeksploitasi ruang.
Inggris juga kalah karena penempatan Sandor Koscis dan Ferenc Puskas sebagai striker dan memakai nomor yang tidak biasa digunkan oleh penyerang, yaitu 8 dan 10, sehingga Inggris mengira mereka bermain sebagai penyerang dalam.
Hal ini pada gilirannya menyebabkan ketidakpastian tentang siapa yang harus menjaga mereka dan untuk lebih membingungkan para pemain Inggris, penyerang Hungaria terus bertukar posisi, membingungkan pertahanan Inggris yang tidak fleksibel.
Baca Juga: Piala Dunia 2022 adalah Kesempatan Emas bagi Inggris Jadi Juara
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Theguardian.com |
Komentar