Bagi Legimin Rahardjo, Sriwijaya FC Bukan Semata Dendam yang Harus Dibayar Lunas

By Andrew Sihombing - Jumat, 16 Februari 2018 | 12:39 WIB
Kapten sekaligus gelandang senior PSMS Medan, Legimin Raharjo (tengah) bersama I Wayan Eka Nanda dan Suhandi (kanan) seusai timnya menang atas Kalteng Putra pada laga perdana Grup X 8 Besar Liga 2 musim 2017 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Kamis (9/11/2017). (FERNANDO RANDY/BOLASPORT.COM)


Kiper PSMS Medan, Abdul Rohim, saat tampil melawan Persebaya Surabaya pada babak 8 besar Piala Presiden 2018 di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Sabtu (03/02/2018) sore.(SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

Legimin merupakan satu-satunya yang tersisa dari skuat PSMS yang bermain melawan Sriwijaya FC pada malam menyesakkan di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, sepuluh tahun silam.

Pada pertandingan di tanggal 10 Februari 2008 tersebut, skuat Ayam Kinantan harus memupus asa merebut trofi kompetisi kasta tertinggi setelah kalah 1-3 di partai puncak Divisi Utama Liga Indonesia 2007.

Kekalahan waktu itu menjadi kian berat karena menjadi antiklimaks perjalanan tim pemilik enam gelar Perserikatan tersebut di musim 2007.

Langkah PSMS ke final waktu itu merupakan kejutan besar.

Sejak sebelum kompetisi dimulai hingga putaran pertama selesai, keruwetan demi keruwetan akibat kesulitan dana lebih mendominasi cerita PSMS.

(Baca Juga: Tercium Aroma Balas Dendam, Abdul Rohim Ingin Buktikan PSMS Medan Mampu Bungkam Sriwijaya FC)

Namun, di bawah pelatih Freddy Muli dan berkat membaiknya finansial tim di putaran kedua, James Koko Lomell cs. ketika itu berhasil lolos ke babak 8 Besar dan bahkan mengalahkan Persipura di semifinal.

Tapi, PSMS seperti kehabisan tenaga saat menapak ke partai puncak.

Sempat bermain imbang 1-1 di waktu normal, Sriwijaya FC akhirnya berpesta lewat tambahan dua gol, termasuk tendangan jauh Zah Rahan Krangar pada menit ke-114 ke gawang kosong karena ditinggal kiper Markus Horison yang naik membantu serangan.