FC Barcelona, Lionel Messi, dan Akhir Sebuah Era Kejayaan

By Firzie A. Idris - Senin, 21 Agustus 2017 | 21:11 WIB
Kapten FC Barcelona, Lionel Messi, berjalan dengan kepala tertunduk di laga kontra Real Betis di pertandingan pertama Liga Spanyol musim 2017-2018 di Camp Nou, Minggu (20/8/2017) waktu setempat. (Josep LAGO/AFP)

Saya masih ingat benar hari di mana FC Barcelona menunjukkan diri sebagai tim terkuat dalam satu dekade terakhir.

Bagi saya, zenit Barca datang ketika Lionel Messi cs menggasak Manchester United 3-1 di Stadion Wembley pada final Liga Champions 2011.

Tak lama setelah peluit akhir, saya berbincang kepada sahabat dari Inggris yang nonton bareng bersama saya di acara Tabloid BOLA di Planet Hollywood, Jakarta.

Mengulas kembali kejayaan Barca sejak Pep Guardiola menukangi klub pada 2008, saya mengatakan bahwa kedigdayaan FC Barcelona hanya bisa dikalahkan oleh satu hal: mereka sendiri.

Saking hebatnya Barcelona era Pep sehingga bagi saya, musuh paling besar adalah diri mereka sendiri. Bahwa akhir era mereka akan datang setelah siklus tim ini berakhir.

Tema siklus dalam sepak bola bukan hal baru.

Bos Manchester United yang menghadapi Barcelona di final tadi tak lain adalah Sir Alex Ferguson.

Sir Alex punya lima tim adidaya sepanjang melatih Manchester United.

Ia ahli dalam membongkar pasang skuat.

“Saya percaya siklus. Sebuah tim sukses bertahan mungkin empat tahun dan setelah itu perubahan perlu dilakukan,” ujarnya seperti dikutip dari Harvard Business Review edisi Oktober 2013, mengenai bongkar pasang skuat tersebut.