Kualat, Italia Memang Lebih Baik Batal ke Piala Dunia 2018

By Beri Bagja - Selasa, 14 November 2017 | 22:36 WIB
Ekspresi wajah pelatih timnas Italia, Gian Piero Ventura, dalam pertandingan uji coba melawan Prancis di Stadion San Nicola, Bari, 1 September 2016. (ALBERTO PIZZOLI / AFP)

Gigi Buffon, Andrea Barzagli, atau De Rossi merupakan bagian kerangka skuat juara dunia 2006 yang masih tersisa.

Gianluigi Donnarumma, Leonardo Spinazzola, Federico Bernardeschi, atau Lorenzo Pellegrini tak layak mendapat jatah di tim utama. Setidaknya belum.

Ada celah satu generasi yang hilang di antara dua angkatan tersebut.

Mungkin seharusnya gap kekosongan itu diisi generasi Mattia Perin, Mario Balotelli, Mattia De Sciglio, atau Fabio Borini, mereka yang kini berusia 25-29 tahun.

Hanya, berbagai faktor seperti lambatnya regenerasi hingga inkonsistensi performa menghapus peluang mereka mengisi celah tersebut.

Toh, tak adil juga menyalahkan Ventura seorang. Kalau mau objektif, harusnya publik calcio menerima kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018 sebagai konsekuensi menunjuk dia. Lho? 

Ibaratnya saat masuk ke kolam renang, Anda harus siap basah. Kalau tak mau basah, ya jangan berenang lah.

Jadi, kalau pilih Ventura, ya harus siap menghadapi realitas seperti sekarang. Ini menurut saya.

Walau dianggap guru oleh beberapa pelatih lokal, mantan gelandang Sampdoria ini kelihatannya tak cocok meramu skuat untuk menjadi juara.

Lihat saja CV-nya. Ulet melatih selama empat dekade, tak satu pun gelar dan klub top tercantum dalam riwayat hidup pekerjaannya.