Malam Penghargaan Liga 1 dan Sepak Bola Nasional yang Tetap Lucu serta Menggemaskan

By Andrew Sihombing - Jumat, 22 Desember 2017 | 17:06 WIB
Pelatih Bhayangkara FC Simon McMenemy bersama pemainnya diarak dari Mabes Polri menuju Stadion PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (12/12/2017) (BOLASPORT/VERDI HENDRAWAN)

Banyak contoh yang menyatakan sebaliknya.

Liga Premier Inggris, yang banyak ditonton oleh penikmat sepak bola di Indonesia, salah satunya.

Arsitek Crystal Palace, Tony Pulis, didaulat sebagai Pelatih Terbaik Liga Premier 2013-2014 kendati Man. City yang menjuarai musim tersebut.

Begitu pun Alan Pardew pada musim 2011/12 walau Newcastle United besutannya cuma finis di peringkat kesembilan klasemen.

Harry Redknapp dipilih sebagai Pelatih Terbaik musim 2009/10 kendati saat itu Chelsea yang menjadi kampiun, bukan Tottenham asuhan Redknapp.

Mari bergeser ke Liga Spanyol.

Operator Liga Spanyol menetapkan Pep Guardiola sebagai Pelatih Terbaik musim 2011-2012 kendati tim juara musim tersebut adalah Real Madrid.

Pada edisi 2012/13 dan 2015/16, adalah komandan Atletico, Diego Simeone, yang menjadi Pelatih Terbaik.

Pada dua musim tersebut, Barcelona yang merupakan kampiun Liga Spanyol.

Tidak, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa ada pelatih lain yang lebih berhak dibanding Simon McMenemy di Liga 1 musim lalu.