Pro-Kontra Penghapusan Aturan 50+1, Jerman Ingin Jadi seperti Inggris?

By Lariza Oky Adisty - Kamis, 8 Februari 2018 | 15:27 WIB
Pemain FC Bayern Muenchen merayakan kemenangan atas TSG Hoffenheim pada lanjutan Liga Jerman di Stadion Allianz Arena, Sabtu (27/1/2018). (GUNTER SCHIFFMANN/AFP)

Mereka juga mengakhiri musim dengan selisih angka yang besar. Bayern menyelesaikan lima musim terakhir dengan gap minimal 10 poin.


Para pemain Bayern Muenchen merayakan gol Franck Ribery (dua dari kiri) ke gawang Mainz dalam partai Liga Jerman di Mainz, 3 Februari 2018.(DANIEL ROLAND / AFP)

Makanya, tidak heran kalau persaingan di Liga Jerman bukanlah persaingan mencari juara.

Kompetisi hakiki di sana adalah kompetisi mencari peserta Liga Jerman serta menentukan kandidat degradasi.

Bukan salah Bayern, sebenarnya. Mereka klub paling tajir di Liga Jerman dan punya sumber daya finansial untuk merekrut dan memagari pemainnya. Wajar dong, kalau mereka jadi tim dominan?

Masalahnya, Liga Jerman kerap dicap liga yang membosankan.

Ibarat film, ending-nya sudah ketahuan dari awal.

Masih berkaitan dengan poin pertama, jika klub Liga Jerman lain punya kekuatan finansial setidaknya sama atau mendekati Bayern, mereka juga bisa merekrut pemain bintang dan menguatkan skuat.

Harapannya, jika kekuatan dan peta kompetisi Liga Jerman merata, perebutan titel di Liga Jerman bisa seseru di Liga Inggris atau liga-liga lain.

(Baca Juga: Usulan Eks Pemain Jerman untuk Hentikan FC Bayern Muenchen)