Cocokologi 3 Pelatih Napoli, Menuju Histori atau Delusi Scudetto

By Beri Bagja - Selasa, 6 Maret 2018 | 20:39 WIB
Para pemain Napoli merayakan kemenangan atas Sampdoria pada duel Liga Italia di Stadion San Paolo, 23 Desember 2017. (CARLO HERMANN / AFP)

Pertama. Mulai dari Pep Guardiola hingga Mauricio Pochettino memuji Napoli sebagai pemilik permainan paling enak dilihat.

Apresiasi dari pembesut klub top seperti itu jelas tak gampang didapat. Minimal kredibilitas sebagai calon juara sudah dikantongilah.

"Ingat Napoli saat juara Liga Italia 1987 dan 1990? Sayangnya saya tidak karena masih kecil. Namun, menurut kisah dan dokumen, saya mengajak Anda melihat fakta bahwa Ottavio Bianchi dan Alberto Bigon datang dari klub pejuang degradasi, seperti saya dari Empoli".

Maurizio Sarri, pelatih Napoli

Kedua. Tersingkirnya Napoli dari kompetisi antarklub Eropa dan Coppa Italia musim ini menjadi semacam blessing in disguise.

Si Biru jadi bisa terfokus penuh menuju satu kompetisi. Satu papan dart: Liga Italia.

Di lain pihak, Juventus masih mesti membagi pikiran ke ajang Liga Champions dan Coppa.

Ketiga. Napoli masih bertengger di posisi teratas klasemen Serie A dengan 69 poin sampai pekan ke-27.


Gelandang Napoli, Marek Hamsik (kedua dari kanan), merayakan gol yang dia cetak ke gawang Benevento dalam laga Liga Italia di Stadion Ciro Vigorito, Benevento, pada 4 Februari 2018.(CARLO HERMANN/AFP)

Marek Hamsik cs tak pernah beringsut dari singgasana sejak pekan 17-27. Pencapaian ini bukan lelucon.

Kalau acuannya adalah performa hingga pekan ke-27, munculnya Napoli di puncak tabel musim ini menyamai prestasi mereka pada 1986-1987, yang notabene periode juara bersama Bianchi.

Saat Serie A 1989-1990 menginjak pekan ke-27, Napoli racikan Bigon menduduki kursi runner-up.