Di Era Arsene Wenger, Kebahagiaan Tak Akan Ada Artinya Tanpa Kesedihan

By Firzie A. Idris - Senin, 30 April 2018 | 22:31 WIB
Ekspresi pelatih Arsenal, Arsene Wenger, pada laga leg pertama semifinal Liga Europa melawan Atletico Madrid di Stadion Emirates, Kamis (26/4/2018) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB. (IAN KINGTON/AFP)

Lima personel kunci juga akan memasuki tahun terakhir ikatan kerja mereka: Petr Cech, Nacho Monreal, Aaron Ramsey, Danny Welbeck, dan David Opsina.

Dari kuintet ini, Ramsey yang diisukan paling kencang untuk pergi dari kubu Emirates.

Siapa pun penerus Arsene Wenger, dia akan menghabiskan banyak waktu bongkar pasang skuat.

Aliran pemain masuk dan pergi pasti akan deras. Namun, bujet transfer bisa jadi tersedot untuk menjaga beberapa pilar utama tadi dari meninggalkan London Merah.

Di sini kita akan melihat financial sustainability, ketahanan finansial Arsenal, diuji hingga batas-batasnya.

Belum lagi, Piala Dunia akan memotong waktu sang pelatih baru untuk mengintegrasikan filosofi barunya ke dalam tim.

Era Arsene Wenger di Arsenal akan selalu dikenang oleh segala kesuksesan yang ia raup dalam paruh pertama kariernya.

Namun, duka juga tak jarang menyelimuti The Gunners pada paruh kedua era kepelatihan sang manajer.

Sukacita dan pilu. Hura-hura dan sengsara. Begitulah yin dan yang perjalanan Arsenal di bawah seorang Arsene Wenger.

Pun, seperti kata Carl Jung, satu hal tak akan terjadi tanpa yang lain dan mereka saling mengimbangi.

"Kata 'bahagia' akan kehilangan artinya, jika tidak diseimbangkan oleh kesedihan," ujarnya.