Siklus Emas Tim Spanyol di Atap Eropa, Siapa Berikutnya?

By Beri Bagja - Minggu, 27 Mei 2018 | 14:04 WIB
Para pemain Real Madrid merayakan kesuksesan menjuarai Liga Champions setelah menaklukkan Liverpool FC 3-1 pada final di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Ukraina, pada Sabtu (26/5/2018). (LLUIS GENE / AFP )

Momen langka yang dimaksud ialah final musim 1990-1991 antara Red Star Belgrade vs Marseille.

Pada zaman itu, bahkan klub sekelas Sampdoria menembus final sebelum dikalahkan susah payah Barcelona 0-1 pada 1992.

Sementara itu pada tahun yang sama, Torino melenggang ke laga puncak Piala UEFA guna menantang Ajax.

Setelah masa kegemilangan Italia, dominasi dan distribusi gelar pentas Eropa lebih merata hingga masuklah zaman kejayaan kembali Spanyol kira-kira sewindu terakhir.

Sesuai kata Sir Alex, keunggulan Negeri Matador ditopang pula oleh kemunculan bintang top di dua klub terbesar La Liga, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di Real Madrid dan Barcelona.

Dengan adanya dua alien tersebut, standar kualitas kompetisi naik semakin tinggi hingga berefek pada eskalasi motivasi pemain lain.

Kini, Ronaldo sudah 33 tahun, Messi segera berumur 31.

Andres Iniesta-Xavi sudah pergi dari Barca. Bahkan Sergio Ramos, Marcelo, Gerard Pique, Luka Modric, sudah memasuki usia kepala tiga.

Kalau program regenerasi bintang sekelas mereka tidak mulus, nantikan runtuhnya kejayaan Spanyol di Eropa hingga siklus beralih ke negara lain.

"Anda tahu, Ronaldo dan Messi akan terus menua. Bisakah mereka (klub) menggantikan pemain-pemain ini? Saya pikir siklus akan berubah," ujar Ferguson, dikutip BolaSport.com dari ESPN pada Maret 2017.

 

Sang juara bertahan Liga Champions, Real Madrid, kembali bisa membawa pulang trofi si kuping besar. . Real Madrid menjadi satu-satunya tim yang bisa menjuarai Liga Champion 3 kali beruntun. . Komentarnya Bolasporter? #realmadrid #championsleague

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on