Antara Nostalgia dan Kertas Rahasia

By Willy Kumurur - Sabtu, 24 November 2018 | 17:17 WIB
Pelatih Belanda Ronald Koeman (OLI SCARFF/AFP)

Mari bernostalgia dan menelusuri lorong waktu tentang kedigdayaan di masa lalu.

Tanggal 7 Juli 1974 adalah hari yang tak akan pernah pupus dari ingatan fans Tim Oranje.

Saat itu, dua tim superior dan tim terbaik dunia pada 1970-an saling bertemu dalam laga final Piala Dunia 1974 yang disaksikan jutaan pasang mata melalui layar kaca.

Tidak ada yang tahu tim mana kala itu yang akan menjadi juara.

Kedua tim punya keuntungan masing-masing.

Jerman Barat adalah juara bertahan Piala Eropa dan sedang menikmati keuntungan tidak langsung sebagai tuan rumah; sedangkan di pihak lain, Belanda adalah tim yang superior.

Laga ini dikenal sebagai pertempuran bola dengan persaingan yang paling intens, dan sampai saat ini masih dianggap sebagai salah satu final paling berkualitas dan menarik dalam sejarah Piala Dunia.

Bagi Belanda, final ini akan selalu dikenang sebagai sebuah pemakaman untuk Total Football.

Visi Rinus Michels, arsitek Total Football, adalah menangkap imajinasi jutaan pencinta sepak bola dunia, namun akhirnya mesti berujung dengan patah hati karena Tim Oranje gagal mendapatkan trofi.

Belanda akhirnya harus mengakui keunggulan Jerman Barat dengan skor 2-1, sebuah laga yang juga dimateraikan sebagai "Kematian Total Football" oleh banyak orang.