Kunci Chelsea Kuasai Dunia: Uang adalah Raja, Pulisic adalah Segalanya

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Sabtu, 5 Januari 2019 | 05:27 WIB
Christian Pulisic saat masih berseragam Borussia Dortmund. Pulisic resmi dibeli oleh Chelsea. (twitter.com/ESPNFC)

BOLASPORT.COM – Setelah menunjuk Christian Pulisic sebagai putra mahkota, kini Kerajaan Chelsea siap menguasai dunia sepak bola.

Tak ada hingar bingar berarti di Hershey, sebuah kota kecil di negara bagian Pennysylvania, Amerika Serikat, pada 18 September 1998.

Hanya keriuhan kecil di rumah keluarga keturunan Kroasia, Mark dan Kelley Pulisic, menyambut kelahiran buah hati keluarga kecil mereka, Christian.

Saat itu, meski Mark dan Kelley adalah pemain sepak bola di universitas, tak ada yang menyangka bahwa Pulisic kecil akan tumbuh besar menjadi pemain termahal Amerika Serikat sepanjang masa.

Dua dekade sudah berlalu dan saat ini kita mengenal nama Christian Pulisic sebagai rekrutan anyar raksasa Inggris, Chelsea.

The Blues, begitu mereka menjuluki klub asal London itu, membeli Pulisic dari tim Jerman, Borussia Dortmund, dengan harga 58 juta poundsterling atau bila dikonversi ke rupiah nilainya lebih dari satu triliun.

Transfer ini rasanya biasa saja bagi sepak bola modern jaman sekarang. Terlebih Chelsea memang terkenal suka jor-joran dalam pembelian pemain, meski tak seperti dulu saat awal-awal kedatangan Roman Abramovich, si taipan minyak asal Rusia.

“Pengganti Eden Hazard” atau “Bintang Masa Depan” adalah kalimat yang paling sering terlihat andai berbicara tentang kedatangan Pulisic ke Chelsea.

Kedatangan Pulisic ke Stamford Bridge tentu harus disambut gembira, entah bagaimanapun dia adalah salah satu bakat terbesar di dunia sepak bola saat ini.

Tapi di balik itu semua, kedatangan Pulisic sepertinya bukan hanya karena kemampuannya mengolah kulit bundar di atas lapangan saja. Ada alasan lain disana.

Negeri Emas di Seberang Lautan

Aaah… Amerika. The Greatest Country in the World. Tempat para pemimpi menggantungkan harapan dan tempat mimpi indah menjadi kenyataan.

Seperti halnya para imigran yang mencari kehidupan, klub-klub besar Eropa juga bermimpi menjadikan Amerika Serikat sebagai tanah yang dijanjikan.

Dengan iming-iming pasar sepak bola yang luar biasa, mereka berlomba-lomba menjadikan Amerika sebagai tanah jajahan mereka.

Tak perlu tahu deretan uang dan angka untuk mengetahui betapa Amerika memiliki potensi pasar yang luar biasa.

Kalau tidak ada, mengapa klub-klub besar Eropa berlomba-lomba, susah payah, melakukan laga ekshibisi pra-musim jauh-jauh ke seberang Samudra Atlantik, ya ‘kan?

La Liga Spanyol bahkan sudah sepakat menggelar satu laga setiap musim di Amerika, meski kemudian keputusan tersebut kini ditangguhkan karena tentangan dari berbagai pihak.

Menguasai pasar Amerika, dan juga Asia, akan memastikan klub tersebut jadi raja sepak bola, setidaknya dalam hal ekonomi – hal terpenting dalam sepak modern dewasa ini.

Ah, andai saja ada satu pemain asal Amerika, berkemampuan apik, berparas tampan, masih muda, berjiwa pemimpin, dan dipuja di seluruh negeri Paman Sam, pasti klub pemilik sang pemain akan mudah untuk menguasai pasar sepak bola Amerika.

Bintang yang Tak Bersinar

 “Momen yang monumental bagi sepak bola Amerika,” tulis media besar Amerika Serikat, NBC Sports, soal kepindahan Pulisic.

Baru berusia 20 tahun, Pulisic sudah menjadi kapten timnas Amerika, dan ia bermain di klub besar Eropa – hal yang jarang bagi pemain Amerika.

Pulisic memang bukan jadi yang pertama berlaga di Liga Inggris. Sebelumnya sudah ada nama-nama beken seperti Clint Dempsey, Landon Donovan, Brad Friedel, Tim Howard, hingga Jozy Altidore.

Total, ada 43 pemain asal Amerika yang pernah mencicipi kerasnya kompetisi kasta teratas di Negeri Elizabeth II tersebut. Akan tetapi, bisa dibilang Pulisic adalah bintang yang bersinar lebih terang dibanding para kompatriotnya tersebut.

Captain America, julukan Pulisic, memiliki nilai jual yang lebih besar dibanding para pendahulunya, di dalam maupun luar Amerika.

Biaya transfer Pulisic bahkan lebih mahal 20 juta euro daripada rekor transfer pemain Amerika sebelumnya, John Brooks, saat dibeli Wolfsburg dari Hertha Berlin tahun 2017 lalu.

Jurnalis olahraga Amerika, Roger Bennet, percaya bahwa kehadiran Pulisic punya dampak yang sangat besar terhadap Liga Inggris dan perkembangannya di Amerika Serikat.

Chelsea baru saja mendapat pemain terbaik sepanjang masa Amerika Serikat dan tentu saja mereka akan mencoba memasarkan Pulisic untuk meningkatkan nilai jual mereka di AS dan Amerika Utara,” tulis NBC Sports.

Dampak yang begitu besar membuat majalah olahraga Sport Illustrated percaya bahwa Pulisic akan jadi “superstar sepak bola dunia pertama asal Amerika Serikat.”

Satu yang jadi masalah, Pulisic tak benar-benar cemerlang di atas lapangan hijau musim ini, yang membuat angka transfer tersebut seperti hanya membayar potensi pasar sang pemain, bukan kemampuannya bermain sepak bola.

Uang adalah Raja Dunia

Setengah musim Liga Jerman 2018-2019 berjalan, Pulisic baru bermain 5 kali sebagai starter dan 6 kali sebagai pengganti. Bukan angka yang baik bagi pemain yang tak dibekap cedera parah.

Terlebih, di posisi sayap tempat ia biasa bermain, Pulisic kalah bersaing dengan pemain berusia 18 tahun asal Inggris, Jadon Sancho, dan kehilangan posisi starter di Borussia Dortmund.

Hanya bermain 485 menit sepanjang musim dengan torehan satu gol dan dua assist, musim ini bukanlah musim terbaiknya. Ini tak seperti dua musim sebelumnya saat pemain bertinggi 173 sentimeter itu jadi andalan utama tim Hitam-kuning asal Jerman tersebut.

Andai tak segera bangkit, bisa-bisa perfroma buruk ini terus berlanjut hingga musim depan bersama Chelsea.

Jangankan jadi pengganti Eden Hazard yang mungkin hijrah ke Real Madrid, Pulisic bisa-bisa kalah bersaing dengan Pedro atau Willian.

Atau lebih parah, ia tersingkir oleh Callum Hudson-Odoi, pemain muda potensial yang sudah ditawar Bayern Muenchen 30 juta poundsterling meski Chelsea menolak tawaran tersebut.

Apalagi Pulisic juga sepertinya bukan pemain yang diinginkan oleh Maurizio Sarri, pelatih Chelsea saat ini. Jangankan mengincar, Sarri bahkan tak tahu-menahu tentang proses pembelian sang pemain.

“Saya tak tahu apa-apa tentang Chelsea merekrut Christian Pulisic. Klub bertanya opini saya tentang dia sebulan lalu dan opini saya positif. Saya tahu transfer itu sudah selesai hari ini tapi saya tidak tahu apa-apa. Saya tidak punya wewenang dalam bursa transfer,” ujar Sarri.

Jadi kira-kira, apa yang akan terjadi musim depan ketika Pulisic mulai mengenakan seragam biru milik Chelsea?

Entahlah, tak ada yang tahu.

Chelsea sepertinya tak begitu risau, asalkan Pulisic ada di bangku cadangan dan kadang-kadang tampil baik sepertinya sudah cukup bagi mereka.

Hanya dengan keberadaan Pulisic disana, Chelsea sudah punya kunci untuk jadi raja baru dunia sepak bola.

Karena seperti yang sering orang bilang, “Uang adalah raja.” Atau dari sudut pandang Chelsea, “Pulisic adalah segalanya.”