Harmoni dan Histori, Jangan Kaget kalau Tottenham Juara Liga Champions

By Beri Bagja - Kamis, 9 Mei 2019 | 20:30 WIB
Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino (tengah), bersama timnya merayakan kelolosan ke final Liga Champions setelah menekuk Ajax Amsterdam di Johan Cruyff Arena, 8 Mei 2019. (TWITTER.COM/BBCMOTD)

Kabar angin menyebut ada anak sangat berbakat yang tinggal di kawasan pertanian Murphy, Provinsi Santa Fe.

Singkat cerita, dari hasil blusukan ke tempat tidur, Pochettino pun direkrut Newell's dan menjadi anak buah Bielsa di klub itu serta di Espanyol dan timnas Argentina. 

Awal cerita sebagai anak petani membentuk karakter Pochettino sebagai pria tangguh, sederhana, pekerja keras, tetapi berdaya inteligensi tinggi dalam merancang sesuatu yang terstruktur.

Baca Juga : Ada Istri Cerewet di Balik Kesuksesan Mauricio Pochettino di Tottenham

Deretan skill itu ibarat resep lahiriah di kantong Pochettino yang dia bawa berkelana sebagai pesepak bola hingga kini sebagai pelatih.

Pria berusia 47 tahun itu adalah seorang family-man. Lelaki ramah, mudah bergaul, tetapi tegas terhadap prinsip.

Pochettino mungkin bukan pelatih yang diharapkan mendatangkan kesuksesan instan.

Dia bukan Jose Mourinho atau Pep Guardiola yang selalu dikalungi beban wajib meraih gelar karena disokong skuat elegan.

Profil sekelas Pochettino masih bisa dibilang ada di zona aman. Paling-paling membawa tim jadi kandidat juara, itu sudah terbilang sukses.

Namun, jangan kaget kalau awal bulan depan Poche bisa mempersembahkan trofi yang sebelumnya sebatas mimpi bagi publik Spurs: Liga Champions.