Harmoni dan Histori, Jangan Kaget kalau Tottenham Juara Liga Champions

By Beri Bagja - Kamis, 9 Mei 2019 | 20:30 WIB
Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino (tengah), bersama timnya merayakan kelolosan ke final Liga Champions setelah menekuk Ajax Amsterdam di Johan Cruyff Arena, 8 Mei 2019. (TWITTER.COM/BBCMOTD)

Situasi kurang lebih sama dilakukan Bill Nicholson saat merancang Spurs.

Tottenham berbelanja aktif pada 1959-1960 atau semusim sebelum berkuasa dengan gelar dobel Liga Inggris dan Piala FA 1961.

Menurut Transfermarkt, menjelang musim 1960-1961 itu, justru riwayat pengeluaran transfer Spurs juga nihil, tapi hasilnya terbukti maksimal.

Semusim kemudian, mereka pun hanya menambah amunisi dengan merekrut Jimmy Greaves dari AC Milan.

Dengan materi tak banyak berubah, Nicholson justru menyulap Spurs menjadi tim penuai gelar dengan permainan atraktif lewat sistem yang dia bangun beberapa tahun.

Baca Juga : Hasil Liga Champions - Laga Super Dramatis, Tottenham Hotspur Maju ke Final

Urusan gelar bukan target instan lantaran mereka yakin hasil tak akan membohongi proses yang baik.

"Lebih baik gagal dalam mencapai target yang tinggi daripada sukses dalam mencapai target yang rendah. Spurs telah menetapkan standar sangat tinggi, hingga kegagalan sekalipun akan terasa seperti sebuah kejayaan," demikian kutipan ujaran Nicholson yang kondang.

Kira-kira situasi sama tengah dihadapi Tottenham bersama Pochettino dengan bayangan gelar Liga Champions perdana di pelupuk. Lalu, bagaimana kalau gagal?

Rasanya tidak masalah juga karena mencapai final saja sudah prestasi hebat bagi Pochettino. Seperti kata Nicholson tadi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Siap ke Madrid! . Angka idealnya berapa ya bolasorter? . #championsleague #ligachampions #tottenham #Liverpoolfc

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on