Rexy Mainaky Ungkap Latihan Tim Bulu Tangkis Thailand dengan Bantuan Jam Tangan

By Delia Mustikasari - Kamis, 9 April 2020 | 16:30 WIB
Pelatih Kepala Tim Nasional Bulu Tangkis Thailand, Rexy Mainaky. (DELIA MUSTIKASARI/BOLASPORT.COM)

BOLASPORT.COM - Wabah virus corona secara global membuat sesi latihan bulu tangkis mayoritas dilaksanakan di rumah masing-masing.

Para pebulu tangkis Thailand, seperti beberapa rekan mereka di tempat lain, sebagian besar berlatih dari rumah dengan menjalani program yang dipantau melalui video oleh pelatih fisik dan pelatih.

Metode seperti itu sementara  telah membantu proses perencanaan dan latihan tim sehingga pelatih memastikan bahwa intensitas latihan tetap ada.

Pelatih kepala timnas bulu tangkis Thailand, Rexy Mainaky, mengakui bahwa dia merasakan manfaat dari penggunaan teknologi jam tangan pintar.

Para pemain Thailand telah menggunakan jam tangan pintar di dalam dan di luar lapangan selama beberapa bulan ini.

Data yang didapat digunakan untuk melacak berbagai hal, termasuk detak jantung dan pola tidur.

Dalam beberapa pekan setelah turnamen terakhir, All England  Open 2020 digelar, jam tangan pintar terbukti sangat berguna untuk memastikan intensitas latihan saat ada risiko malas di rumah tinggi.

"Sebagian besar pemain diminta untuk memakai arloji Polar sehingga tim pendukung kami dapat memantau mereka," kata Mainaky dilansir BolaSport.com dari laman resmi BWF.

Baca Juga: Daftar Turnamen Bulu Tangkis yang Ditunda BWF Selama Mei-Juli

"Kami bisa membandingkan data saat ini dengan data masa lalu. Tim pendukung terus mengirimkan saya laporan tentang perkembangan para pemain dan seberapa banyak mereka memacu diri mereka sendiri. "

Timnas bulu tangkis Thailand tidak dapat kembali menjalani latihan seperti biasanya sejak tiba di Bangkok setelah All England.

Untuk mempertahankan kondisi mereka, para pemain memiliki dua sesi latihan fisik sebanyak enam hari seminggu.

Dengan akses terbatas ke lapangan, pelaksanaan sesi latihan teknis lebih sulit dan pemain dipacu untuk bermain dalam sesi bayangan atau latihan menembak shuttlecock ke dinding.

"Ada 10 dari kami di tim dan tiga pelatih fisik. Saya telah menunjuk satu pelatih untuk memantau setiap sektor. Setiap pelatih harus menangani sekitar 10 pemain sehingga pelatih dapat memantau kualitas latihan pemain mereka."

Baca Juga: Jika Casey Stoner Tidak Pensiun, Mungkin Dia 1 Tim dengan Marc Marquez

Sebagian besar program bersifat fisik. Latihan fisik dilakukan dalam sesi dua kali sehari, masing-masing  sebanyak dua selama enam hari.

Sementara itu, ada satu sesi pada hari Selasa dan Jumat untuk latihan teknis.

"Pemain dapat melakukan latihan bayangan, latihan menembak shuttlecock ke dinding atau sesuatu yang serupa. Tujuannya, membantu menjaga fokus dan waktu reaksi. Mereka harus memegang raket agar tidak kehilangan cengkeramannya," tutur Rexy.

"Sulit untuk memaksimalkan latihan di lapangan bagi mereka. Kami dapat memaksimalkan latihan fisik mereka, jadi saya menginstruksikan pelatih fisik untuk mengatur program. Jika kita serahkan hanya kepada pemain, intensitasnya mungkin tidak 100 persen."

"Lain halnya jika pelatih memantau melalui video dan kami dapat menunjukkan sesuatu. Semua pelatih telah diperintahkan untuk memonitor pemain mereka," aku legenda bulu tangkis asal Indonesia ini.

Rexy mengakui bahwa pada saat luar biasa seperti itu, pemain harus pintar berolahraga tanpa peralatan.

"Saya tidak yakin berapa banyak peralatan yang mereka miliki di rumah. Sebagian besar memiliki sepeda atau barbel kecil. Mereka harus pintar. Mereka harus memikirkan cara tradisional, seperti menggunakan batu atau sesuatu yang berat di tas punggung," ucap Rexy.

Baca Juga: Keputusan Rossi Pensiun atau Tidak Bergantung dari Balapan Pertama MotoGP 2020

"Latihan berat badan harus cukup untuk saat ini. Kami juga mendorong pemain menonton video. Pelatih terus berkomunikasi dan meminta umpan balik," ujar Rexy.

Sejak menjadi pelatih kepala timnas bulu tangkis Thailand, Rexy mengantar tim Thailand menjadi runner-up Piala Uber 2018.

Menurut Rexy, penting untuk memberikan dukungan psikologis karena pemain tidak terbiasa terkurung di rumah.

"Saya ingin mengadakan pertemuan semua pelatih dan mengatur sesi dengan seorang psikolog. Beberapa pemain mungkin bosan. Jadi, kami perlu tahu cara mereka agar dapat membunuh kebosanan dan tetap termotivasi."

"Baik jika mereka terus beraktivusa. Ini tidak begitu baik jika mereka duduk sepanjang waktu. Tidak banyak hal positif dalam situasi ini. Apa yang kami lakukan hanyalah tindakan darurat."