Gara-Gara Kesialan 1 Orang, Yamaha dan Honda Krisis Berkepanjangan di MotoGP

By Ardhianto Wahyu Indraputra - Minggu, 16 Juli 2023 | 06:30 WIB
Dari kiri: Pembalap Repsol Honda Marc Marquez dan pembalap Monster Energy Yamaha Fabio Quartararo saling mengikuti saat Tes Pramusim MotoGP di Sirkuit Algarve, Portimao, Portugal, 11 Maret 2023. (MOTOGP.COM)

BOLASPORT.COM - Menjelaskan krisis yang sedang dialami Yamaha dan Honda di MotoGP tak cukup dengan satu alasan. Akan tetapi, kalau ada persamaan, nasib sial Jorge Lorenzo adalah salah satunya.

Jorge Lorenzo kebetulan punya relasi dengan kedua pabrikan asal Jepang sebelum munculnya paceklik yang belum teratasi sampai sekarang.

Dengan Yamaha, Lorenzo beberapa kali mengatakan bahwa dia bisa membantu apabila kiprahnya sebagai pembalap penguji tak berakhir prematur.

Baca Juga: Bak Sia-siakan Lionel Messi Lalu Bingung Sendiri, Yamaha Tak Menyesal Lepas Jorge Lorenzo dari Tim Penguji

Juara dunia lima kali tersebut cuma bertahan setahun sejak perannya sebagai test rider diumumkan Yamaha pada Januari 2020.

Pandemi Covid-19 menjadi penyebabnya.

Rencana besar Yamaha dengan Lorenzo, baik agenda pengujian atau penampilan wildcard, harus batal karena bencana yang melanda dunia.

Lorenzo akhirnya cuma tampil dua kali yaitu saat tes pramusim di Sepang pada Februari lalu tes privat di Portimao pada Oktober.

Kegagalan Por Fuera menjaga kebugaran hingga tertinggal jauh dari catatan waktu lap pembalap lainnya membuat Yamaha mencari sosok lain.

"Kelihatannya mereka kehilangan arah. Ini menyedihkan karena saya sebelumnya menjadi pembalap penguji mereka," kata Lorenzo seperti dikutip dari Crash.net.

"Dengan saya, kita tidak akan pernah tahu, tetapi saya mengenal motornya dan seharusnya bisa membantu mereka menemukan jalan, untuk evolusi dari motornya."

"Akan tetapi, mereka sekarang punya pembalap penguji yang berbeda. Semoga ke depannya mereka bisa menemukan jalan mereka kembali, begitu pula Honda."

MOTOGP.COM
Dari kiri: Marc Marquez, Jorge Lorenzo, dan Valentino Rossi di atas podium setelah balapan MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez, Spanyol, 3 Mei 2015. Ketiga pembalap menjadi aktor dari musim yang menyajikan kompetisi paling dramatis dalam sejarah MotoGP.

Dalam tiga musim terakhir Yamaha keteteran karena belum menemukan keseimbangan antara kecepatan puncak dengan kemudahan berkendara yang menjadi karakter mereka.

Kesulitan pembalap untuk menyalip lawan karena ketertinggalan besar dalam top speed membuat Yamaha mencoba meningkatkan dapur pacu YZR-M1.

Baca Juga: Kata Orang Tim Valentino Rossi Harus Jadi Tim Satelit Yamaha, tapi Apa Pembalapnya Mau?

Akan tetapi, perubahan ini membawa dampak lain yaitu motor yang sulit berbelok karena terlalu agresif hingga Yamaha kehilangan kekuatan mereka dalam kecepatan satu lap.

Fabio Quartararo yang dikenal cepat dalam kualifikasi menjadi kesulitan. Jangankan pole position, merebut tiga baris start terdepan atau posisi sembilan besar saja kepayahan.

Alhasil, ritme bagus yang bolak-balik ditunjukkan Quartararo dalam latihan bebas menjadi kurang berguna dalam lomba karena posisi start yang tidak ideal.

Adapun masalah Honda adalah pengereman. Kekurangan ini menyebabkan pembalap mereka terpaksa mengambil risiko lebih besar.

Padahal teknologi kuda besi di MotoGP telah memasuki tahap yang memungkinkan pembalap untuk bisa menunda pengereman mereka selama mungkin.

Marc Marquez dkk. kehilangan satu aspek yang penting dalam lomba karenanya.

Mereka akhirnya menjadi langganan rumah sakit karena bolak-balik terjatuh dari motor yang gampang memberontak saat diajak "berlari" lebih cepat.

Menurut Lorenzo, situasi di Honda juga seharusnya bisa lebih baik apabila kariernya sebagai rider di sana berlangsung lebih lama.

"Menurut saya, baik Honda dan Yamaha tidak punya pembalap yang benar-benar sensitif untuk mengembangkan motor yang bisa dikendarai semua orang," katanya kepada GPOne.

Baca Juga: Bos Honda Legawa kok untuk Bukakan Pintu Keluar Marc Marquez, tapi...

"Honda dulu mendengarkan saya. Saya pergi ke Jepang untuk mengerjakan sesuatu dan membuat sejumlah perubahan pada motornya."

"Akan tetapi, saya mengalami kemalangan karena terjatuh di Assen dan itu sungguh melukai diri saya sendiri," ujar Lorenzo yang pensiun pada akhir musim yang sama.

Direkrut pada 2019 setelah menang bersama Yamaha dan Ducati, Lorenzo cuma bertahan satu musim bersama tim pabrikan asal Asaka.

Lorenzo lebih dahulu menjadi korban ganasnya motor Honda RC213V.

Semusim sebelum badai cedera Marquez dimulai dengan insiden di MotoGP Spanyol 2020, Lorenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya ingin pensiun.

Insiden yang dialami Lorenzo saat latihan bebas MotoGP Belanda 2019 menyebabkan patah tulang belakang, salah satu cedera yang paling tidak diharapkan karena potensi kelumpuhan.

"Tanpa kecelakaan itu, saya sudah pasti akan bertahan bersama Honda dan dengan sebuah motor yang lebih sesuai dengan karakter saya," imbuhnya.

Insiden di Assen mengubah pola pikir pembalap asal Mallorca. Hidupnya tak lagi tentang balapan saja.

Menurut Lorenzo, tanpa kecelakaan tersebut, dia bisa berlomba di MotoGP selama tiga atau empat musim lebih lama.

Kini Lorenzo hanya bisa mendoakan Yamaha dan Honda bisa berbenah walau mengalahkan Ducati yang sedang digdaya bukan pekerjaan mudah.

"Ini sesuatu yang tidak bisa kita selesaikan dalam semalam. Kita harus tetap tenang, memahami apa yang harus dipertahankan dari motornya dan apa yang harus diubah," ucapnya.

"[General Manager][Gigi] Dall'Igna melakukan pekerjaan luar biasa di Ducati sejak 2014. Secara perlahan dia membuat Ducati menjadi motor terbaik, tetapi prosesnya panjang."