Dari Piala Presiden untuk Rakyat Indonesia

By Ferril Dennys Sitorus - Rabu, 7 Februari 2018 | 06:24 WIB
Pelatih PSMS, Djadjang Nurdjaman saat mengawal timnya bertanding. (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLASPORT.COM)

Sejak 2002, Asosiasi Sepak Bola Islandia (KSI) bekerja keras merevolusi infrastruktur dan metode kepelatihan.

Islandia fokus kepada produksi pelatih-pelatih lokal dengan mengadakan kursus UEFA di ibu kota Islandia, Reykjavik.

Hasilnya, lebih dari 800 orang memegang lisensi UEFA dan 185 kepala di antaranya memiliki lisensi tingkat A yang prestisius.

"Anda tak bisa sukses tanpa pemain yang bagus, tapi tim kami saat ini sudah dikembangkan oleh pelatih-pelatih Islandia selama 10-15 tahun terakhir," kata Heimir Hallgrimsson, pelatih timnas Islandia.

"Pelatih sepak bola layak mendapatkan kredit. Sebanyak 70 persen dari kami punya lisensi B UEFA dan 23 persen lisensi A. Mereka mengembangkan semua pemain dari berbagai grup usia dan gender," tuturnya.

Minimnya pelatih lokal disebut sebagai salah satu masalah akut di sepak bola Indonesia.

Kondisinya ini makin miris bila melihat kejayaan pelatih asing di panggung kompetisi Indonesia dalam dua musim terakhir.

Mari kita tengok lebih dulu kiprah pelatih lokal di Indonesia Soccer Championship 2016.

Kompetisi yang digelar saat Indonesia disanksi FIFA tersebut dihuni 12 pelatih lokal.

Mereka adalah Indra Sjafri (Bali United), Yunan Helmi (Barito Puteraq), Bhayangkara FC (Ibnu Grahan), Jafri Sastra (Mitra Kukar), Eduard Tjong (Persegres Gresik United), Aji Santoso (Persela Lamongan), Hanafi (Perseru Serui), Djadjang Nurdjaman (Persib Bandung), Muhammad Zein Alhadad (Persija Jakarta), Suharto AD (PS TNI), Semen Padang (Nilmaizar), dan Widodo Cahyono Putro (Sriwijaya FC).