Chicarron, Piala Presiden 2018, dan Standar Baru Sepak Bola Indonesia

By Andrew Sihombing - Sabtu, 10 Februari 2018 | 16:48 WIB
Ketua Steering Commitee [SC] Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait, menyaksikan laga babak 8 Besar Piala Presiden 2018 antara Mitra Kukar melawan Persija Jakarta di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu (04/02/2018) sore. (SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

***

Keengganan menjadi Chicarron yang hilang dari ingatan semua orang terlihat di Piala Presiden 2018.

Turnamen pra-musim ini memang melahirkan banyak cerita menarik.

Salah satunya tentang sejumlah nama yang mulai terlupakan oleh sebagian penikmat bal-balan.

Tapi, tak seperti Chicarron, mereka menolak dilupakan dan ganti mengambil tempat di panggung utama.

Lihat saja dua pilar utama PSMS Medan, yakni Jajang Sukmara dan Amarzukih.

Keduanya datang ke skuat Ayam Kinantan dengan status terbuang dari tim yang begitu mereka cintai.

Jajang Sukmara membela Persib sejak 2011 sebelum tersingkir dari Maung Bandung pada akhir tahun lalu.

Amarzukih setali tiga uang. Ia telah berseragam oren khas Persija Jakarta selama tujuh tahun sejak 2010 hingga tersingkir dari tim tersebut pada akhir Desember silam.

Adalah bersama PSMS keduanya kini seperti mendapat gairah baru dalam bermain bola.