Chicarron, Piala Presiden 2018, dan Standar Baru Sepak Bola Indonesia

By Andrew Sihombing - Sabtu, 10 Februari 2018 | 16:48 WIB
Ketua Steering Commitee [SC] Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait, menyaksikan laga babak 8 Besar Piala Presiden 2018 antara Mitra Kukar melawan Persija Jakarta di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu (04/02/2018) sore. (SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

(Baca Juga: Ini Rahasia Kiper PSMS Medan Abdul Rohim Tepis 4 Tendangan Penalti Persebaya)

Bila dibandingkan dengan hanya 7 gol pada babak serupa tahun lalu, jelas adu taktik dan jual-beli serangan pada edisi 2018 meningkat drastis.

Pertandingan dijalani dengan tempo tinggi dan penuh nyali seperti diperlihatkan Persebaya Surabaya.

Kendati berstatus sebagai tim promosi dari Liga 2 musim lalu, Bajul Ijo tetap punya nyali memeragakan sepak bola menyerang berbasis possession ball.

Bahkan saat menghadapi tim sekelas Madura United, Osvaldo Haay cs. nyatanya tetap bisa unggul penguasaan bola hingga mencapai 62 persen.

“Saya memang ingin tim saya memperlihatkan permainan yang bagus. Kami ingin bermain efektif, tapi tentu lebih bagus bila main cantik,” tutur Angel Alfredo Vera.

Langkah Persebaya akhirnya terhenti di perempat final setelah kalah adu penalti melawan PSMS Medan.

Ada pun babak tos-tosan ini melahirkan cerita lain soal kepahlawanan Abdul Rohim.

Kiper 25 tahun itu menjadi pahlawan berkat kemampuannya menahan empat eksekusi penalti pemain Persebaya, termasuk Otavio Dutra yang dikenal sebagai eksekutor tendangan 12 pas jempolan itu.

Menghadang empat eksekusi di babak adu penalti bukan hal yang sering bisa dilakukan kiper. Luar biasa!