Muggle di Timnas Jerman, Kendala atau Senjata?

By Weshley Hutagalung - Kamis, 21 Juni 2018 | 23:50 WIB
Gelandang Jerman Mesut Oezil (kiri), bersama Julian Draxler dan Toni Kroos dalam laga melawan Meksiko di Grup F Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, 17 Juni 2018. (YURI CORTEZ/AFP)

Matthaeus bahkan menyarankan Joachim Loew untuk mencoret Oezil dari daftar starter ketika Jerman berjumpa Swedia pada 23 Juni 2018.

Manajer timnas Jerman, Oliver Bierhoff, sadar sebagian pemain tengah mendapatkan sorotan negatif dari media massa. Termasuk Sami Khedira, pemain berdarah Tunisia dari sang ayah.

Saya sepakat dengan Bierhoff, mantan penyerang Jerman dan pahlawan di Piala Eropa 1996. Bahwa kritikan dari luar tidak boleh memengaruhi keputusan Joachim Loew sebagai pelatih.

Akan tetapi, saya juga menunggu keputusan sang pelatih untuk memanfaatkan kobaran api semangat beberapa pemain muda yang menunggu kesempatan.

Lebih dari itu, saya menunggu keputusan Loew dalam memulihkan "luka" di tubuh tim Jerman untuk mengikuti jejak Italia dan Brasil sebagai tim yang mempertahankan gelar juara dunia.

Tidakkah wajar bila kita ingin tahu seperti apa suasana di tubuh timnas Jerman saat ini?

Sejumlah pemain dituding tidak bangga membela negaranya akibat pengaruh garis keturunan namun terus mendapatkan "karcis terusan" timnas. Aneh, bukan?

Tentu kita teringat bagaimana perubahan besar terjadi di timnas Spanyol.

Bertahun-tahun saya membaca bagaimana konflik kedaerahan telah memangsa timnas Spanyol. Garang di babak kualifikasi, lempem di putaran final.

Rivalitas antara Real Madrid dan FC Barcelona telah memakan korban tim nasional Spanyol. Belum lagi dari kubu lain, seperti pemain asal wilayah Basque.