Muggle di Timnas Jerman, Kendala atau Senjata?

By Weshley Hutagalung - Kamis, 21 Juni 2018 | 23:50 WIB
Gelandang Jerman Mesut Oezil (kiri), bersama Julian Draxler dan Toni Kroos dalam laga melawan Meksiko di Grup F Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, 17 Juni 2018. (YURI CORTEZ/AFP)

Namun, semua itu sirna ketika Luis Aragones membawa Tim Matador juara Piala Eropa 2008, dan kemudian dilanjutkan oleh Vicente Del Bosque di Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

Di kubu Jerman, rivalitas itu bukan lagi soal pemain Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund.

Apakah garis pemisah itu bernama darah murni Jerman?

Mengambil istilah "muggle" dari film Harry Potter, timnas Jerman juga mengenal darah tak murni dalam wujud sejumlah pemain.

Sedih bila mengenang kisah Gerald Asamoah di Piala Dunia 2006. Pria berdarah Ghana ini mendapat penolakan dari sebagian warga Jerman.

Asamoah bukan pria berkulit gelap pertama di timnas Jermman.

Mundur ke tahun 1970-an, Erwin Kostedde dan Jimmy Hartwig lebih dahulu menjadi pesepak bola berkulit gelap yang membela Jerman Barat.

Masih ingat Mehmet Scholl? Ayahnya Turki, ibunya Jerman. Oliver Neuville lahir di Swiss dari ayah Jerman dan ibu Italia.

Juga Lukas Podolski dan Miroslav Klose yang berasal dari Polandia.

Sederet nama "muggle" bisa dikemukakan, termasuk bek Jerome Boatang yang setengah berdarah Ghana. Namun, benarkah muggle edisi 2018 tidak berperan penting seperti Hermione Granger di film Harry Potter?