Keterbukaan, Romantisme, dan Gairah Sepak Bola pada Piala Presiden 2018

By Adif Setiyoko - Jumat, 16 Februari 2018 | 14:45 WIB
Cover Piala Presiden 2018. Turnamen ini diikuti 20 tim. (ANDREAS JOEVI/BOLASPORT.COM)

“Dari pembahasan kami pada 2015, telah disepakati bahwa Piala Presiden harus diaudit dan tidak menggunakan anggaran negara, baik itu APBN, APBD, BUMN dan BUMD."


Ketua Steering Commitee Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait, memberikan kata sambutan pada acara pembukaan Piala Presiden 2018 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Selasa (16/1/2018).(@LIGA1MATCH/TWITTER)

Sementara itu, orang nomor satu di Kementrian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) Imam Nahrawi, tak segan-segan melayangkan pujian terhadap transparansi yang tersaji pada Piala Presiden 2018.

Imam Nahrawi mengakui bahwa panpel selalu mendata jumlah penonton dan pendapatan pada setiap pertandingan hingga jumlah pedagang di dalam stadion.

"Panitia berusaha keras menjaga informasi mengenai jumlah penonton, pendapatan, sampai perputaran ekonomi kerakyatan," ucap Imam, pada Rabu (7/2/2018).

"Saya senang dengan fakta ini. Ya, saya harap proses ini dapat ditiru semua klub saat kompetisi musim 2018 digelar," tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Setidaknya, transparansi ini diharapkan mampu membangkitkan kembali optimisme publik, yang  selama bertahun-tahun telah berada di dalam ruang penantian panjang menunggu kebangkitan sepak bola Indonesia.

Romantisme dan Gairah Sepak Bola Tanah Air

Sepak bola selalu menghadirkan romantisme tesendiri. Seusai diganjar sanksi oleh FIFA, kini perlahan demi perlahan sepak bola Tanah Air mulai bangkit.

Rasa pedih saat menghilangnya hiburan rakyat kini telah sirna. Masyarakat bisa kembali menikmati sepak bola.