Keterbukaan, Romantisme, dan Gairah Sepak Bola pada Piala Presiden 2018

By Adif Setiyoko - Jumat, 16 Februari 2018 | 14:45 WIB
Cover Piala Presiden 2018. Turnamen ini diikuti 20 tim. (ANDREAS JOEVI/BOLASPORT.COM)

Satu hal yang harus selalu diingat ialah sepak bola Indonesia bukan hanya milik kalangan elit saja.

Seluruh lapisan masyarakat yang terdiri dari berbagai strata sosial juga berhak untuk menikmati keberadaan Piala Presiden 2018.

Turnamen ini tak hanya menjadi pesta rakyat yang menghibur, tetapi juga memiliki efek sosial dan ekonomi yang begitu besar.

Terbukti, panpel Piala Presiden 2018 mencoba untuk mengakomodasi ratusan pedagang asongan dan pedagang kaki lima (PKL) untuk mencari nafkah.

Hal ini turut mewujudkan keinginan Presiden Joko Widodo agar Piala Presiden 2018 melibatkan pedagang kecil.

Sehingga, sepak bola yang memiliki fungsi ekonomi turut dirasakan rakyat kecil dan mereka ikut ambil bagian di pesta hiburan rakyat ini.

Tak hanya membeberkan jumlah pendapatan tiket dan total penonton, panpel juga mengumumkan jumlah pedagang asongan yang terlibat dalam setiap pertandingan yang dihelat.

Tak dipungkiri, kehadiran turnamen ini juga jadi magnet bagi para pedagang, karena hadirnya ribuan pendukung tim di stadion mampu menjadi sumber rezeki bagi para pedagang.


Ketua Steering Commitee [SC] Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait, berbincang-bincang dengan salah seorang pedagang kaki lima di sekitar Stadion Manahan Solo saat akan menyaksikan laga babak 8 Besar Piala Presiden 2018 antara Mitra Kukar melawan Persija Jakarta, Minggu (04/02/2018) sore.(SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

Salah satu PKL yang merasakan dampak dari kehadiran turnamen ini ialah Kencono.