Paradoks Lionel Messi dan Hantu Diego Maradona

By Beri Bagja - Sabtu, 23 Juni 2018 | 11:38 WIB
Suporter timnas Argentina membentangkan spanduk dengan gambar Lionel Messi di tribune Stadion Nizhny Novgorod dalam partai Grup D melawan Kroasia, 21 Juni 2018. ( DIMITAR DILKOFF / AFP )

Patokannya sederhana. Bersama Barcelona, dia bergelimang kejayaan dengan meraih total 32 gelar sejak promosi ke tim utama pada 2005.

Sebaliknya dalam waktu yang sama, prestasi Messi di timnas Argentina kering kerontang.

Tanpa menghitung Medali Emas Olimpiade 2008, tiada titel bergengsi lain yang menghiasi masa baktinya buat Tim Tango di level senior.

Bukan berarti Messi selalu tampil buruk saat berseragam tim nasional. Bukan pula bermakna Messi tidak cinta kepada negaranya.

Perjalanan karier sepak bola Messi menunjukkan bahwa dia memang lebih terikat secara emosional dengan Spanyol sebagai tanah kelahiran sepak bolanya daripada Argentina.

Messi lahir di Rosario, Argentina, dan pindah ke Spanyol saat remaja.

Di sanalah dia menjalani fase-fase penting sebagai manusia dan pesepak bola, mencari nafkah, merangkai hingga menggapai mimpi menjadi pemain terbaik di dunia. 

(Baca juga: 9 Negara Ini Tak Pernah Absen di Piala Dunia 20 Tahun Terakhir) 

Bakat permainan tiki-taka yang luwes ala Barcelona dan Spanyol mengalir lebih deras dalam darahnya ketimbang spirit grinta ala Argentina yang memadukan agresivitas, kengototan, dan skill alami pemberian Tuhan.

Pembawaan alamiah ini pula yang menimbulkan dikotomi di antara warga Argentina. Mereka seolah terbagi antara golongan yang mengidolakan Messi dan yang tidak.