Paradoks Lionel Messi dan Hantu Diego Maradona

By Beri Bagja - Sabtu, 23 Juni 2018 | 11:38 WIB
Suporter timnas Argentina membentangkan spanduk dengan gambar Lionel Messi di tribune Stadion Nizhny Novgorod dalam partai Grup D melawan Kroasia, 21 Juni 2018. ( DIMITAR DILKOFF / AFP )

Maradona pun mampu mengangkat harkat Napoli dan seluruh Italia Selatan untuk merajai Italia tempo dulu.

"Messi tampil sangat baik karena dia ditemani pemain-pemain luar biasa. Pertanyaannya, jika harus memilih antara Messi dan Ronaldo untuk sebuah tim yang normal (biasa saja), siapa yang akan Anda pilih?" kata pelatih Atletico Madrid itu pada ESPN.

Saat kualitas pemain di tim Argentina jadi masalah, kondisi diperparah dengan kekacauan taktik Sampaoli.

Inkonsisten seperti ucapannya, eks pelatih Sevilla itu menerapkan belasan taktik berbeda cuma dalam 13 partai memimpin Tim Tango sejak Juni 2017.

Sangat jelas Sampaoli belum matang menemukan racikan terbaik. Tujuannya sih bagus, yakni untuk mengakomodasi dan mencarikan strategi terbaik buat peran Messi.

Hanya, eksperimen terkesan kebablasan karena Sampaoli sampai memakai nyaris 60 pemain untuk dijajal dalam rentang 13 pertandingan tersebut!

(Baca juga: Ironis! Tampil Bagus, Peru Tetap Gagal Lolos ke Babak 16 Besar Piala Dunia)

Sebelum Piala Dunia dimulai, Sampaoli mengatakan bakal memainkan skema 2-3-3-2 atau 4-4-1-1 dengan menaruh Messi di belakang penyerang tengah dan disokong seorang playmaker di lini sentral.

Skema itu cuma tampil sejenak dalam duel kontra Islandia saat Ever Banega menggantikan Lucas Biglia pada setengah jam terakhir laga. Setelahnya, komposisi tersebut lenyap tak dipakai lagi.

Pada Maret lalu, Messi juga mengatakan pada Sampaoli bahwa formasi 3-4-3 seperti yang dia lakoni di Barcelona era Luis Enrique tak akan berjalan lancar di timnas.

Ia menilai skema itu justru akan menarik pemain lawan untuk memenuhi sektor penyerang sayap kanan yang biasa ditempati Lionel Messi. Sampaoli setuju.


Ekspresi megabintang Argentina, Lionel Messi, seusai laga Grup D Piala Dunia 2018 kontra Islandia di Spartak Stadium, Moskow, Rusia pada 16 Juni 2018. (MLADEN ANTONOV/AFP)

Eh, ketika duel lawan Kroasia, pelatih gundul itu malah mengabaikan opini Messi dengan memasang 3-4-3 sebagai pedoman awal.

Mungkin ekspresi muram sang bintang sepanjang pertandingan merupakan gambaran kekecewaan terhadap keputusan pelatih sekaligus firasat bahwa laga akan berakhir dengan kehancuran Argentina.

Firasat itu pun terbukti nyata. Semestinya, Sampaoli sebagai pelatih berpengalaman bisa menjadikan situasi ini sebagai bahan koreksi.

Mengingat Argentina sangat butuh kemenangan disertai nasib baik saat melakoni laga terakhir di grup kontra Nigeria (26/6/2018), nantikan perubahan apalagi yang bakal diterapkan Sampaoli demi memperbaiki tim.