UEFA Nations League, Inovasi atau Komersialisasi?

By Hardani Maulana - Senin, 10 September 2018 | 11:31 WIB
Suasana pembukaan UEFA Nations League antara Jerman vs Prancis (0-0) di Stadion Allianz, Jumat (7/9/2018). (HARDANI MAULANA/BOLASPORT. COM)

Kemudian, sistem kandang-tandang melibatkan tim yang sama dalam rangkaian pertandingan liga juga memberi andil dalam kepulangan pemain yang bisa lebih cepat dari waktu sebelumnya, sehingga waktu istirahat akan lebih panjang.

Hanya,  bila ditilik lebih dalam, poin ini memang berlaku bagi negara yang termasuk dalam Liga A, kasta tertinggi.

Saat ini, kasta tersebut dikuasai oleh sebagian besar negara Eropa bagian barat yang relatif memiliki jarak dekat antarnegara, di angka 500 hingga 1.000 km perjalanan udara.

Namun, mungkin tidak terlalu berpengaruh bagi negara yang berada di Liga B, C, atau D.

Contohnya Skotlandia yang harus saling tandang dengan Israel. Atau Norwegia yang harus pergi dan menjamu Siprus.

Mereka perlu melakukan perjalanan 3 hingga 4 kali lebih jauh dibandingkan negara-negara di Liga A.

UEFA menampik anggapan bahwa kompetisi baru ini mengedepankan penciptaan aliran penghasilan baru.

Tentu penikmat sepak bola mendapatkan suguhan sepak bola yang lebih menarik dari sebelumnya, demikian penjelasan mereka.

Dibanding hanya uji coba yang independen, kompetisi tentu akan menjadi hiburan tersendiri.

Plus persaingan menuju juara yang pastinya akan meningkatkan daya tarik. Muaranya tentu saja peluang komersialisasi yang lebih besar.