Suporter Persija Tewas, Apakah Pelajaran dari Liga Inggris Bisa Diterapkan?

By Firzie A. Idris - Senin, 24 September 2018 | 15:00 WIB
Suporter Sunderland dikawal pulang oleh Kepolisian Northumbria setelah menyaksikan laga Newcastle vs Sunderland di St James'Park, Newcastle, pada 1 Februari 2014. (IRNANDA SOERJATMODJO/ISTIMEWA)

"Ada bom meledak ketika saya tengah makan di Chinatown, meja saya sampai bergetar,” ungkap Fedelis Fernando, mahasiswa Newcastle University ketika itu, kepada BolaSport.com beberapa waktu lalu.

"Kerusuhan terbesar yang terjadi di kota ini dalam beberapa dekade terakhir," ujar salah seorang polisi yang bertugas hari itu, seperti dikutip BolaSport.com dari Guardian.

Pada akhirnya, polisi menangkap 29 orang yang terlibat aksi tersebut.

Kepolisian Northumbria, sebagai kekuatan polisi di kota itu, tak ingin kejadian sama terulang saat Newcastle menjamu Sunderland pada musim berikutnya.

Alih-alih melarang suporter lawan datang, mereka memastikan segala cara agar bentrokan kedua suporter tidak terjadi.

Saya melihat sendiri ratusan personel polisi mengapit sekitar 2.400 suporter setibanya mereka di Newcastle setelah datang menggunakan bus dan kereta api.

Para suporter dilindungi oleh belasan polisi berkuda dan juga beberapa van polisi anti huru-hara.

Friksi paling jelas terjadi saat para suporter Sunderland mendekati St James' Park, venue pertandingan.

Tukar menukar cacian tak terhindarkan. Tidak sedikit pula jari tengah mengacung dari tangan-tangan kedua set pendukung.


Pihak kepolisian membentuk barikade untuk menjauhkan suporter Sunderland dari suporter Newcastle jelang laga Liga Inggris di St James'Park, Newcastle, pada 1 Februari 2014.(FIRZIE A. IDRIS/BOLASPORT.COM)