Suporter Persija Tewas, Apakah Pelajaran dari Liga Inggris Bisa Diterapkan?

By Firzie A. Idris - Senin, 24 September 2018 | 15:00 WIB
Suporter Sunderland dikawal pulang oleh Kepolisian Northumbria setelah menyaksikan laga Newcastle vs Sunderland di St James'Park, Newcastle, pada 1 Februari 2014. (IRNANDA SOERJATMODJO/ISTIMEWA)

Lempar-lemparan cerawat dan beberapa benda lain tetap terjadi.

Terlihat (dan tercium) jelas, para suporter ini sudah menenggak satu-dua gelas bir sebelum ke stadion walau Kepolisian Northumbria melarang pub-pub di Newcastle menjual alkohol sebelum jam 10 pagi.

Namun, di tengah ribuan orang dan volume desibel yang membuat telinga pekik tak pernah satu saat pun saya merasa terancam situasi akan lepas kendali.

Polisi dengan sangat baik membarikade kedua set suporter sehingga mereka tak berani melakukan provokasi secara berlebih.


Polisi berkuda memisahkan suporter Newcastle dari suporter Sunderland jelang laga Liga Inggris pada 1 Februari 2014 di St James'Park, Newcastle.(FIRZIE A. IDRIS/BOLASPORT.COM)

Pengamanan sama ketatnya dilakukan polisi setelah laga berakhir ketika 1.500 suporter diantar balik ke stasion kereta dan 800 ke bus-bus yang menunggu sekitar 15 menit berjalan kaki dari St. James' Park.

Persiapan matang dan kesabaran kepolisian menghapus segala ketakutan akan terjadinya kejadian tak diinginkan tahun pada tahun sebelumnya.

Kepolisian Northumbria juga sangat proaktif dan meletakkan diri mereka sebagai barikade hidup untuk memastikan situasi aman dan tanpa kendala.

Di saat suasana kian panas dan terjadi eskalasi tensi, mereka tetap tenang dan tidak gegabah.

“Para suporter berperilaku baik hari ini sehingga derbi Tyne-Wear berlangsung sangat lancar,” ungkap komandan operasi pengamanan, Chief Superintendent Steve Neill, di situs resmi Kepolisian Northumbria.